Jumat, 21 Mei 2010

Dikembangkan, Gel Vagina Penghambat HIV

Berbagai uji coba yang dilakukan para ilmuwan untuk membuat krim vagina yang mampu menangkis virus HIV berakhir dengan kegagalan. Kini para ahli tengah menguji obat yang sedianya dipakai untuk mengobati HIV sebagai obat pencegahan, dengan cara ditanamkan dalam gel vagina dan alat kontrasepsi bentuk cincin vagina.

Cara tersebut serupa dengan metode obat untuk menyegarkan napas atau obat-obat alergi, tetapi ini diaplikasikan di vagina. Obat yang diberi nama microbicides ini kelak akan lebih banyak dipasarkan di negara berkembang karena biasanya para pria malas menggunakan kondom.

Selama dua dekade, para ilmuwan bergelut menciptakan obat pencegah HIV yang cukup kuat. Studi awal telah diuji coba pada wanita di Asia Selatan berupa gel vagina yang mengandung obat AIDS tenofovir, tetapi hasilnya baru akan diketahui Juli mendatang.

Obat antiretroviral (ARV) merupakan sebuah revolusi dalam penanganan AIDS sehingga seorang pengidap HIV bisa hidup lebih lama. Obat ini juga menekan risiko penularan virus dari ibu hamil kepada bayinya. Karena itu, para ahli menilai bila obat ini dikonsumsi setiap hari bisa memberi efek pencegahan, baik pada pria maupun wanita.

Lusinan riset juga telah dilakukan pada populasi orang yang rawan terinfeksi. Biasanya obat yang dipakai dalah tenofovir karena memiliki efek samping yang lebih rendah daripada obat ARV lainnya.

Masalahnya, mengonsumsi obat setiap hari bisa menimbulkan dampak resistensi (kebal obat), terlebih bila seseorang lupa minum obatnya. Hal inilah yang memicu kontroversi.

Riset mengenai gel pencegah infeksi HIV sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1994. Pada awalnya, para ilmuwan mengetahui bahwa sel di permukaan vagina bukanlah target awal HIV karena virus ini dengan cepatnya masuk ke lapisan-lapisan sel.

Studi pada kera menunjukkan populasi kecil sel "penyusun" yang memproduksi tanda beberapa hari sebelum virus siap menyebar. Obat seperti tenofovir akan menghambat HIV menggandakan diri meski sudah menginfeksi ke dalam tubuh.

Menurut Dr Salim Abdool Karim dari Centre for AIDS Program of Research Afrika Selatan, konsentrasi tenofovir di jaringan vagina akan lebih tinggi bila diberikan dengan cara gel daripada pil.

Belajar dari keberhasilan kontrasepsi, kini para ahli mengembangkan tenofovir dalam metode yang lain, yaitu yang mudah larut ke selaput vagina sehingga tidak akan terlihat pasangan. Selain itu dibuat pula cincin vagina yang dilapisi tenofovir sehingga bisa bertahan lama. Tersedia juga untuk pria gay, berupa tenofovir untuk bagian rektum.

Tidak ada komentar: