Penelitian terkini mengenai keamanan ponsel menunjukkan bahwa penggunaan alat komunikasi itu tidak terkait dengan kanker otak. Riset tidak menemukan adanya hubungan yang jelas antara keduanya. Namun, kajian lebih lanjut perlu dilakukan mengingat penggunaan ponsel terus meningkat.
"Riset tak mengungkapkan adanya peningkatan risiko. Tetapi kami tak dapat menyimpulkan bahwa tak ada risiko sama sekali karena ada cukup banyak temuan yang menunjukkan kemungkinan adanya risiko," kata Elisabeth Cardis, penulis utama riset tersebut.
Kesimpulan ini merupakan hasil studi bertajuk "Interphone" yang mengkaji 2.708 kasus tumor glioma dan 2.409 tumor meningioma di 13 negara selama lebih dari 10 tahun. Riset ini dipubliaksikan dalam International Journal of Epidemiology.
Penelitian tidak menemukan adanya peningkatan risiko tumor glioma atau meningioma setelah 10 tahun orang menggunakan ponsel kendati studi itu menemukan "petunjuk mengenai peningkatan risiko" bagi pengguna paling aktif.
Pengguna paling aktif yang menempelkan ponsel di bagian kepala yang sama dilaporkan berisiko 40 persen lebih tinggi menderita tumor glioma dan 15 persen tumor meningioma. Namun, para peneliti mengatakan, hubungan kausalitas itu kurang kuat karena adanya bias dan error.
Para ahli merekomendasikan perlunya riset lebih lanjut karena pengguna ponsel paling aktif dalam riset ini hanya berbicara sekitar setengah jam per hari. Jumlah ini dinilai tak terlalu berat untuk standar saat ini.
Peneliti juga menyampaikan perlu dilakukannya studi mengenai dampak ponsel di kalangan generasi muda, yang telah dengan cepat menjadi pengguna intensif, dan yang tak termasuk di dalam studi Interphone. Peneliti menilai, ponsel termutakhir memiliki emisi yang lebih rendah. Penggunaan handsfree dan tren penggunaan tombol qwerty pun dapat menurunkan risiko radiasi pada kepala.
info by: kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar