Rabu, 16 Juni 2010

pecandu Game,Beresiko Autis
PENGGEMAR game sebaiknya berhati-hati. Karena, selain menyita banyak waktu, game players berisiko mengalami gejala autisme.

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan dalam konferensi psikolog Inggris tahunan di Dublin mengungkapkan dampak negatif bagi pencandu game. Kebiasaan menekan tombol dan berlama-lama duduk di depan komputer dihubungkan dengan gangguan kepribadian, yaitu autisme.

Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis berat yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Peneliti menemukan keasyikan bermain game mampu mendominasi seluruh aspek kehidupan karena pencandu hanya terpaku pada permainan tersebut.

Sebagai contoh, pencandu game akan kehilangan waktu tidur, penurunan indra penciuman, serta menyebabkan ketegangan dalam kehidupan pernikahan mereka. “Bahkan, kemungkinan mereka membutuhkan tenaga medis untuk mengurangi kebiasaan tersebut,” ujar peneliti dari Universitas Bolton Dr John Charlton.

Dalam penelitian ini disertakan 400 pencandu game komputer yang kebanyakan pria. Parahnya, mereka memuaskan hobinya dengan rutin bermain. Keseluruhan subjek diminta memainkan game online bertajuk Asheron’s Call.

Hasil penelitian Charlton menyebutkan, pencandu game menunjukkan adanya hubungan dengan kepribadian, seperti percaya diri rendah, kepribadian introvert, ketakutan, kecemasan.

Beberapa karakteristik tersebut biasa ditemui pada penderita sindrom asperger, salah satu bentuk dari autisme yang mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, berinteraksi sosial dan berkomunikasi.

Dari keseluruhan subjek, sebanyak 3 persen menunjukkan gejala-gejala akibat kecanduan game. Bahkan, sebagian pencandu game menunjukkan gejala sedikitnya tiga yang mengindikasikan sindrom asperger, salah satunya krisis percaya diri.

Untuk menguatkan hasil penelitian, Dr Charlton menyatakan, keseluruhan subjek sebelumnya tidak mengindikasikan gejala tersebut. Kini mereka menunjukkan gejala yang mirip seperti penderita pada umumnya. Gejala itu meliputi ketidakmampuan berempati dan tidak memedulikan keberadaan orang di sekitarnya.

“Ada pula sebagian subjek menunjukkan gejala lari dari kenyataan. Saat asyik bermain mereka seolah bebas dari semua masalah,” lanjutnya.

Di samping itu, orang berbagai profesi seperti pakar komputer, ahli matematika, teknisi akan berisiko memiliki gejala yang sama.

“Penelitian menunjukkan hubungan orang keranjingan game berisiko mengalami gangguan autis dibandingkan mereka yang tidak,” ungkap pria yang berprofesi sebagai psikolog ini.

Sangat disayangkan, orang-orang di sekitarnya tidak menyadari bahaya yang mungkin timbul saat asyik bermain di depan komputer. Dengan demikian, tidak jarang mereka dibiarkan saja menghabiskan waktu berjam-jam.

Rekan sejawat Charlton, psikolog Amerika Serikat Ian Danforth menegaskan, frekuensi bermain yang terlalu sering akan mengacaukan kehidupan sehari-hari. Dampak lainnya akan memengaruhi jalan pikiran serta kemampuan mengontrol emosi.

“Mereka yang kecanduan bermasalah dengan jadwal tidur, penurunan kemampuan penciuman, dan berpikir terus untuk menambah lamanya waktu bermain dan akan mendapat kebahagiaan dari bermain game,” tutur Danforth.

Bagi pria yang telah menikah, kebiasaan ini akan memengaruhi kehidupan pernikahan yang telah dibangun. Mereka berisiko mengalami perceraian akibat pola hidup berantakan.

“Sangat memungkinkan satu dari 30 pencandu game berisiko obesitas dan membutuhkan pertolongan medis,” ujarnya.

Kecenderungan obesitas berisiko mengalami penyakit berbahaya. Obesitas merupakan kelebihan lemak yang sebagian besar terjadi akibat kebiasaan buruk dalam mengatur jadwal atau porsi makan.

Pengaturan porsi makan yang berlebihan atau overeating, terlalu banyak mengonsumsi camilan, sangat berpengaruh besar terhadap obesitas. Selain itu, ditambah kurang melakukan latihan fisik atau berolahraga.

Obesitas yang harus diatasi dengan berdiet, berolahraga, pengubahan perilaku, mengonsumsi obat, dan dalam kondisi ekstrem diatasi dengan operasi. Padahal, jika seseorang mengalami kelebihan berat badan, kemungkinan terkena penyakit jantung akan semakin besar pula.

Pada orang yang mengalami kelebihan berat badan, risiko penyumbatan pembuluh darah pada jantung semakin besar dan berisiko gagal jantung. Dalam hal ini, dokter keluarga dibutuhkan untuk menerapkan terapi perilaku hidup sehat.

Sebuah penanganan psikologi yang didesain untuk mengusir kecanduan dan meninggalkan kebiasaan buruk. “Kuncinya adalah ketika bermain melebihi batas yang diperkirakan serta tidak mampu menghentikan akan berdampak ke seluruh aspek kehidupan".



http://forum.megaxus.com/kesehatan-pikiran/pecandu-game-berisiko-autis/

Tidak ada komentar: